Festival Permainan Tradisional Anak di Kecamatan Lubeg untuk Bangun Karakter Sejak Dini - PotretKita Online

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 27 Desember 2025

Festival Permainan Tradisional Anak di Kecamatan Lubeg untuk Bangun Karakter Sejak Dini

 

 

PADANG – Kecamatan Lubuk Begalung (Lubeg) menggelar Festival Permainan Tradisional Anak di Kampung Seni Palapa, Kelurahan Parak Laweh Pulau Aia Nan XX. Kegiatan menjadi ruang kebersamaan sekaligus upaya pelestarian budaya serta pembangunan karakter di tengah derasnya arus digitalisasi yang memengaruhi kehidupan anak-anak.


Camat Lubuk Begalung, Nofiandi Amir menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada para penggiat Kampung Seni Palapa yang telah menggagas kegiatan yang dinilainya sangat positif, kreatif, dan edukatif. “Festival ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran, ruang kebudayaan, sekaligus ruang pembentukan karakter anak,” ujar Nofiandi Amir, Kamis (25/12/2025).


Ia menuturkan, di era digital saat ini anak-anak semakin akrab dengan gawai dan teknologi. Meski membawa manfaat, penggunaan gadget tanpa pendampingan dan aktivitas penyeimbang dapat menimbulkan ketergantungan, mengurangi interaksi sosial, serta menjauhkan anak dari nilai-nilai kebersamaan dan budaya lokal.


Melalui festival permainan tradisional ini, kata Nofiandi, anak-anak diajak untuk kembali bergerak, berinteraksi, bekerja sama, tertawa bersama, serta belajar nilai-nilai luhur seperti sportivitas, kejujuran, gotong royong, dan saling menghargai.


Menurutnya, permainan tradisional merupakan warisan budaya yang sarat makna. Selain melatih fisik, permainan ini juga mengajarkan anak untuk berpikir, berempati, berkomunikasi, serta mencintai identitas bangsanya sendiri.


Oleh karena itu, kegiatan semacam ini dinilai sangat relevan untuk mengisi waktu libur anak agar lebih bermakna, sehat, dan membangun.


Camat Lubuk Begalung berharap festival permainan tradisional ini dapat terus berlanjut, dikembangkan, serta menjadi inspirasi bagi kampung-kampung lainnya.


Ia juga menegaskan komitmen Pemerintah Kecamatan untuk terus mendukung gerakan-gerakan positif yang mendorong tumbuh kembang anak secara holistik dan seimbang antara teknologi, budaya, dan nilai kemanusiaan.


Festival ini melombakan sejumlah permainan tradisional, di antaranya congkak, kampar batu, lomba kuaci, galah, serta kelereng lobang. Kegiatan tersebut diikuti oleh 40 peserta dan turut dihadiri Anggota DPRD Kota Padang Indra Guswandi, lurah, unsur LPM, serta tokoh masyarakat Kelurahan Parak Laweh Pulau Aia Nan XX.


Di tengah riuhnya kecemasan tentang anak-anak yang tumbuh bersama layar dan algoritma, Festival Permainan Tradisional Anak di Lubuk Begalung tampil sebagai kabar baik. Congkak, galah, kelereng, dan tawa anak-anak menjadi kontras menyegarkan di era ketika jari lebih sering menggeser layar ketimbang menggenggam tangan teman sebaya. Secara gagasan, festival ini patut diapresiasi: ia menawarkan perlawanan kultural terhadap isolasi digital dan kemiskinan interaksi sosial.


Narasi yang dibangun indah: literasi budaya, pembentukan karakter, gotong royong, sportivitas. Semua kata kunci itu benar, penting, dan relevan. Budaya hidup dari konsistensi. Permainan tradisional bukan sekadar alat edukasi musiman, melainkan praktik sosial yang membutuhkan ruang, waktu, dan kebijakan yang berpihak kepada anak.


Empat puluh peserta adalah angka yang manis untuk mengwali, belum ada kata terlambat meski terlalu kecil untuk disebut gerakan. Mudahan akan diikuti oleh kecamatan-kecamatan berikutnya Jika permainan tradisional memang diyakini sebagai fondasi karakter anak, maka pertanyaannya ruang bermain anak sehari-hari perlukah kita atur dengan bijak? Kebijakan tata kota yang ramah anak perlukah? Anggaran yang memastikan permainan tradisional hadir di sekolah, lapangan, dan kampung—bukan hanya di festival tentu perlu kita pertimbangkan dari sekarang.


Ada ironi halus yang tak bisa diabaikan. Festival yang mengkritik ketergantungan gawai justru lahir dalam ekosistem pencitraan digital: swafoto pejabat, rilis media, dan headline optimistis. Anak-anak bermain, orang dewasa membingkai. Yang satu berlari di tanah, yang lain berlari di ruang simbolik.


Ini kritik struktural. Banyak kegiatan baik di tingkat lokal mati muda karena tidak pernah naik kelas menjadi kebijakan. Ia berhenti sebagai “acara sukses”, bukan “perubahan sistem”. Padahal tantangan yang dihadapi anak-anak hari ini bukan sekadar soal gadget, tetapi juga kemiskinan ruang publik atau arena bermain, kurikulum yang kering empati tapi padat teori, dan keluarga yang dipaksa sibuk oleh tekanan ekonomi. Kerja dan kerja.


Permainan tradisional mengajarkan kejujuran dan kebersamaan, ya. Tetapi nilai-nilai itu akan rapuh jika di luar arena lomba anak-anak kembali pada lingkungan yang kompetitif, individualistis, dan miskin teladan. Karakter tidak dibangun dalam satu hari festival, melainkan dalam kebijakan yang konsisten dan keberanian politik untuk memprioritaskan anak di atas agenda seremonial.


Festival di Lubeg adalah langkah kecil yang benar arahnya. Tentu akan semakin bermakna jika diikuti langkah yang lebih berani: menjadikan permainan tradisional sebagai bagian dari kebijakan pendidikan, menyediakan ruang bermain permanen, dan mengembalikan kampung sebagai ruang aman bagi anak—bukan sekadar latar foto kegiatan.


Terus lakukan secara kontinyu agar permainan tradisional bukan hanya menjadi nostalgia yang dipamerkan setahun sekali. Anak-anak akan tumbuh, gadget akan tetap mendominasi, dan karakter yang diharapkan terbentuk akan kembali kalah oleh sistem yang tak berubah.


Budaya bukan soal merayakan masa lalu. Budaya adalah soal keberanian merancang masa depan—tanpa harus selalu menunggu festival. Suasana penuh keceriaan dan semangat kebersamaan tampak mewarnai jalannya festival, menandai komitmen bersama dalam menjaga dan menghidupkan kembali permainan tradisional sebagai bagian dari jati diri budaya lokal. (Fokus Sumbar)*

Baca Juga

https://www.potretkita.net/2025/12/tujuh-titik-banjir-di-padang-dikunjungi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here