SDN Batang Gadih Sabet Medali Emas di Kejuaraan Kemenpora - PotretKita Online

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Senin, 29 Desember 2025

SDN Batang Gadih Sabet Medali Emas di Kejuaraan Kemenpora



TANAH DATAR —  Atlet Perguruan Silat Taduang Bangkeh Batipuh yang berpusat di Jorong Ladang Laweh, Nagari Batipuah Baruah, kembali mengharumkan nama daerah. Atlet muda Arrisyida Hikma sukses meraih medali emas pada ajang Kejuaraan Piala Kemenpora Championship Sumatera Barat yang digelar di Payakumbuh, Kamis, 25 Desember 2025 lalu.


Arrisyida Hikma yang juga merupakan siswa SDN di Jorong Batang Gadih, Nagari Batipuah Baruah, tampil cemerlang sejak babak awal hingga final. Teknik yang baik, ketenangan, serta semangat juang tinggi mengantarkannya menjadi yang terbaik di kelasnya.


Keberhasilan tersebut mendapat apresiasi langsung dari Ketua Perguruan Silat Taduang Bangkeh Batipuh, Mustafa Akmal Datuk Sidi Ali, yang mengaku bangga atas prestasi yang diraih atlet binaannya. Ia menyebut capaian ini sebagai hasil dari latihan disiplin dan pembinaan yang berkesinambungan.


“Kami sangat bangga atas prestasi yang diraih Arrisyida Hikma. Ini membuktikan bahwa pembinaan atlet usia dini di perguruan kami berjalan dengan baik,” ujar Mustafa Akmal Datuk Sidi Ali, didampingi Pelatih Ilham M Dhani


Sementara itu, Pelatih Ilham M Dhabi juga mengaku bahagia atas capaian anak didiknya tersebut. Menurutnya, Arrisyida memiliki bakat alami dalam pencak silat meskipun masih duduk di bangku sekolah dasar.


“Sebagai siswa SD, Arrisyida menunjukkan potensi yang sangat baik. Dengan latihan yang konsisten dan dukungan semua pihak, kami yakin ia dapat terus berprestasi ke depannya,” ungkap Ilham.


Rasa bahagia juga disampaikan oleh orang tua Arrisyida Hikma, yang mengaku senang dan bangga atas prestasi yang diraih putri mereka. Mereka menyampaikan terima kasih kepada pihak perguruan dan pelatih yang telah membimbing Arrisyida dengan penuh kesabaran dan perhatian.


Orang tua Arrisyida Hikma berharap prestasi ini menjadi awal yang baik bagi masa depan anaknya. Mereka berkomitmen untuk terus memberikan dukungan penuh agar Arrisyida dapat menyeimbangkan pendidikan formal di sekolah dengan latihan pencak silat serta tetap rendah hati dalam setiap pencapaiannya.


Sebelumnya, Arrisyida Hikma juga telah meraih medali perak pada Kejuaraan Pencak Silat yang diselenggarakan oleh IPSI Tanah Datar. Medali emas pada ajang Piala Kemenpora Championship Sumbar ini menjadi bukti perkembangan dan peningkatan prestasi Arrisyida.


Prestasi ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi generasi muda di Nagari Batipuah Baruah untuk terus mengembangkan bakat, berlatih dengan tekun, serta melestarikan seni bela diri tradisional pencak silat.(mdtk)


Dari Gelanggang Kampung ke Podium Kemenpora: Ketika Tradisi Menemukan Masa Depannya

Di tengah hiruk-pikuk prestasi olahraga yang kerap diukur dari fasilitas mewah dan akademi besar, kemenangan Arrisyida Hikma menghadirkan narasi tandingan yang jujur: prestasi lahir dari kampung, dari disiplin sunyi, dan dari tradisi yang dirawat dengan kesabaran. Medali emas di ajang Piala Kemenpora Championship Sumatera Barat bukan hanya milik seorang atlet cilik, tetapi milik ekosistem kecil yang bekerja dengan konsisten.


Perguruan Silat Taduang Bangkeh Batipuh, yang berakar di Jorong Ladang Laweh, menunjukkan bahwa pencak silat bukan sekadar warisan budaya, melainkan ruang pembentukan karakter sejak usia dini. Arrisyida, seorang siswi SD, berdiri di podium bukan karena kebetulan. Ia adalah hasil dari latihan berulang, pengendalian emosi, dan keberanian bertanding—nilai-nilai yang tak diajarkan oleh kurikulum sekolah semata.


Prestasi ini penting dibaca lebih jauh. Ketika seorang anak SD mampu tampil tenang di arena kompetisi tingkat provinsi, itu menandakan keberhasilan pembinaan yang tidak memaksa usia, tidak membakar ambisi, dan tidak merusak masa kanak-kanak. Di sini, silat menjadi alat pendidikan, bukan sekadar mesin medali.


Apresiasi Ketua Perguruan dan pelatih bukan sekadar ungkapan bangga, melainkan pengakuan bahwa pembinaan berkelanjutan adalah kerja kolektif. Perguruan, pelatih, orang tua, dan lingkungan nagari berkelindan membentuk satu sistem kecil yang sehat. Inilah model yang sering luput dari perhatian kebijakan olahraga: ekosistem lokal yang hidup tanpa sorotan, namun konsisten melahirkan prestasi.


Keterlibatan orang tua Arrisyida juga patut dicatat. Dukungan yang seimbang—antara pendidikan formal dan latihan silat—menjadi benteng agar prestasi tidak tumbuh liar. Banyak atlet muda runtuh bukan karena kurang bakat, melainkan karena beban ekspektasi yang datang terlalu cepat. Di sini, kerendahan hati dan keseimbangan justru dijaga sebagai fondasi masa depan.


Medali emas ini juga menegaskan bahwa pencak silat tradisional tidak kalah relevan di arena modern. Ia mampu beradaptasi, berprestasi, dan bersaing, tanpa kehilangan akar nilai budaya. Dari Batipuh, pesan itu mengalir jelas: melestarikan tradisi tidak berarti berjalan mundur, justru sedang menyiapkan langkah ke depan.


Lebih dari sekadar kemenangan Arrisyida, kisah ini adalah undangan bagi negara dan daerah untuk menoleh lebih serius ke perguruan-perguruan akar rumput. Di sanalah bakat ditemukan lebih awal, karakter dibentuk lebih utuh, dan prestasi lahir dengan cara yang paling manusiawi.


Karena sejatinya, medali emas paling berharga bukan yang tergantung di leher—melainkan masa depan yang tumbuh dari gelanggang kecil, dengan disiplin besar, dan harapan yang jujur. (Dt. MA)*

Baca Juga

https://www.potretkita.net/2025/12/lahan-2-hektar-dan-34-unit-hunian-tetap.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here