JAKARTA – Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq menegaskan, penguatan kolaborasi multipihak merupakan prasyarat utama untuk mempercepat lahirnya sumber daya manusia unggul di era digital.
Hal tersebut disampaikan saat menjadi narasumber dalam
Roundtable Discussion bertema “Peningkatan SDM Unggul Melalui Kolaborasi
Multipihak di Era Digital” yang diselenggarakan Lembaga Pertahanan Nasional
(Lemhannas) RI di Jakarta, baru baru ini.
Dalam paparannya, Wamendikdasmen Fajar menuturkan jika
sampai saat ini, lebih dari 257 ribu sekolah telah menerima perangkat Interactive Flat Panel (IFP)
sebagai bagian dari program digitalisasi pembelajaran nasional. Kemudian tahun
depan, pemerintah juga menargetkan distribusi mencapai satu juta unit ke
sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Menurut Wamen Fajar, kebijakan ini sejalan dengan arahan
Presiden untuk mempercepat transformasi pembelajaran secara digital.
“Presiden ingin transformasi pembelajaran digital.
Pembagian perangkat ini adalah bagian dari revolusi pembelajaran, bukan sekadar
kegiatan distribusi,” tegasnya.
Wamen Fajar juga menyampaikan jika Interactive Flat Panel (IFP)
dibekali dengan aplikasi Rumah Pendidikan, platform terintegrasi yang
menyatukan ratusan aplikasi pendidikan dalam satu ekosistem.
“Sebelum Rumah Pendidikan diluncurkan, ada lebih dari 900
aplikasi pendidikan yang membebani guru. Kini, kita mengintegrasikannya dalam
satu pintu yakni Ruang Guru, Ruang Murid, Ruang Sekolah, Ruang Pemerintah,
Ruang Orang Tua, hingga Ruang Mitra. Inilah fondasi kolaborasi pendidikan masa
depan,” jelas Fajar.
Untuk melengkapi ekosistem digital, pemerintah juga
sedang memperluas pelatihan guru dan mulai menerapkan pembelajaran koding serta
kecerdasan buatan (AI) di jenjang SD, SMP, dan SMA. Fajar menyebut bahwa koding
dan AI akan menjadi mata pelajaran wajib dalam waktu dekat.
“Negara-negara seperti Tiongkok dan Singapura sudah
mewajibkan koding dan AI di pendidikan dasarnya. Kita harus memastikan
anak-anak Indonesia memiliki akses yang sama terhadap kompetensi masa depan,”
ujarnya.
Menutup pemaparannya, Fajar menegaskan komitmen
pemerintah dalam mempercepat pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan
melalui kerja sama lintas sektor.
“Transformasi digital bukan hanya urusan pemerintah.
Dunia usaha, komunitas, orang tua, sekolah, dan pemerintah daerah harus
terlibat. Hanya dengan bekerja bersama kita bisa memastikan setiap anak
Indonesia mendapatkan pembelajaran terbaik,” pungkasnya.
Di sisi lain, Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian,
yang hadir pada diskusi tersebut menegaskan perlunya perubahan struktural untuk
mengatasi fragmentasi tata kelola pendidikan, memperjelas alokasi anggaran, dan
menata ulang regulasi agar kebijakan pendidikan berjalan efektif dan menyentuh
seluruh lapisan masyarakat.
“Ada kendalanya yang luar biasa seperti tata kelola kita
terfragmentasi sehingga anggaran dan program seringkali tidak sampai ke yang
membutuhkan. Kita perlu naskah akademik yang kuat, manpower planning, dan kodifikasi
regulasi agar tidak lagi terjadi tumpang-tindih kewenangan antar kementerian
dan pemda,” ujar Hetifah.
Ia juga menekankan pentingnya menyelaraskan kurikulum
dengan kebutuhan dunia kerja, memperhatikan kesejahteraan guru, serta
memasukkan pemahaman penggunaan teknologi dan AI dalam kurikulum sejak dini
untuk mengurangi ketimpangan akses dan kualitas pendidikan.(SP)


.gif)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar